Arabic Poetry Club (APC) ~ INDONESIA: Puisi Arab Pada Masa Abasiyah
ARABIC POETRY CLUB ~ INDONESIA
Membangun Hubungan yang Mesra dan Dinamis Antar Dua Sastra Dunia
Tentang Kami
Kami adalah klub para pencinta puisi Arab di Indonesia.
Visi Kami
Visi kami adalah membangun sebuah hubungan yang mesra dan dinamis antar dua sastra dunia (Arab dan Indonesia) melalui penerjemahan karya-karya puisi dari keduanya.
Misi Kami
Misi kami adalah memperkenalkan khasanah puisi Arab di Indonesia dan juga sebaliknya puisi Indonesia di dunia Arab melalui penerjemahan dari puisi Arab ke dalam bahasa Indonesia dan begitu pula sebaliknya dari puisi Indonesia ke dalam bahasa Arab.
Jika Anda berminat untuk memasang iklan, silakan hubungi kami melalui email: arabicpoetryclub@gmail.com
Lalu Lintas Blog
Sabtu, 12 September 2009
Puisi Arab Pada Masa Abasiyah
Pada masa ini, kehidupan puisi sangat berkembang, ini dapat dilihat dari banyaknya para penyair ternama yang muncul ke permukaan. para penyair saling berlomba-lomba dalam mendapatkan kesenangan dari raja dengan cara memuji dan mengagungkan mereka dengan dendangan puisi yang indah. Puisi yang didendangkan oleh penyair memberikan dampak yang berarti bagi penguasa, karena nama mereka akan dikenal oleh masyarakat. karena itulah para penguasa pun berlomba-lomba dalam memberikan imbalan kepada penyair. Dengan ini, perkembangan penyair pun berkembang semakin pesat, ditambah dengan luasnya ilmu pengetahuan kaum muslimin pada masa itu, dan daya khayal berkembang pula. Selain untuk kepentingan seni, puisi pun digunakan sebagai alat manuver politik, melalui perantaraan penyair, golongan politik meningkatkan ketenaran namanya di mata lawan politiknya.
Perkembangan sastra dapat dilihat dari banyaknya penyair yang dikenal sampai saat ini, penyair pada masa ini lebih banyak dibandingkan dengan masa Umayah, karena kebebasan pada saat ini lebih berkembang dibandingkan pada masa Umayah. Selain yang telah disebutkan di muka tentang keterpengaruhan lingkungan, dan juga adanya perkembangan daya khayal masyarakat, kebebasan dalam mencurahkan pikiran dan kehidupan yang cenderung damai ikut serta dalam memicu perkembangan puisi. Perkembangan ini dapat dilihat dengan munculnya penyair ternama, yaitu
1.Abu Nuwas
Selain sebagai pengarang 'Seribu Satu Malam, oleh orang-orang Eropa-bahkan di Indonesia-ia dikenal sebagai seorang hakim, sahabat sekaligus sebagai pelawak yang tidak henti-hentinya membuat raja kewalahan akan kepintarannya. Padahal dalam kenyataannya ia adalah seorang penyair yang handal. Ia dilupakan bahwa ia adalah penyair terhebat pada masanya, bahkan melebihi kehebatan al-Mutanabi, dan kejeniusannya dalam berpuisi tidak kalah dengan penyair terdahulu. Puisinya yang terkenal adalah khamriyat.
2.Al-Mutanabby
Nama aslinya adalah Abu Thayib Ahmad bin Husin al-Mutanabby. Lahir sekitar tahun 915 M. Dia dijuluki dengan al-Mutanabby karena ia berpura-pura menjadi nabi. Ia mempunyai hafalan yang kuat. Semenjak kecil ia belajar bahasa Arab dari orang-orang Badui, sehingga ia memiliki bahasa yang murni dan indah. Kehidupannya penuh dengan ancaman dan hasutan. Ia meninggal dalam sebuah perkelahian dengan salah satu musuhnya Fatik bin Abu Jahal.
3.Abu al-A'la al-Ma'ary
Dilahirkan sekitar tahun 973 M., sebuah kota di Syiria yang berjarak sekitar 20 mil dari Damaskus. Dapat dikatakan bahwa kehidupannya teramat tragis baginya. Ketika kecil ia terserang oleh cacar yang mengakibatkannya buta. Kemudian ditinggal ibunya yang amat dicintainya. Dua kejadian dalam kehidupannya yang sempat membuatnya kesepian dalam gelap dan kesendirian. Hal inilah yang sedikit banyak mempengaruhi bait-bait puisinya.
Puisi-puisinya
4.Abu al-Atahiyah
Tidak seperti rivalnya, ia berasal dari Kufah, sebelum mengabdi kepada khalifah, masa mudanya ia bekerja sebagai penjual tembikar. Karena kehebatannya, Harun al-Rasyid pernah memberinya 50.000 dirham. Kekhasan puisinya adalah pesismistik, selian itu juga banyak dipengaruhi oleh doktrin-doktrin agama. Ini dapat dilihat dalam salah satu puisi ternamanya yaitu zuhd, yang berisi tentang kebangkitan, dan juga kehidupan yang akan datang.
Dan banyak penyair lainnya yang mewarnai kehidupan kesusastraan pada masa Abbasiyah. Dapat dilihatlah bahwa perkembangan sastra yang lebih dominan dipegang oleh puisi, dengan bertebarnya para penyair, tapi tidak menutup kemungkinan juga, bahwa banyak sastrawan lainnya yang bergelut selain di bidang kepenyairan.
Posting Komentar