Membangun Hubungan yang Mesra dan Dinamis Antar Dua Sastra Dunia
Tentang Kami
Kami adalah klub para pencinta puisi Arab di Indonesia.
Visi Kami
Visi kami adalah membangun sebuah hubungan yang mesra dan dinamis antar dua sastra dunia (Arab dan Indonesia) melalui penerjemahan karya-karya puisi dari keduanya.
Misi Kami
Misi kami adalah memperkenalkan khasanah puisi Arab di Indonesia dan juga sebaliknya puisi Indonesia di dunia Arab melalui penerjemahan dari puisi Arab ke dalam bahasa Indonesia dan begitu pula sebaliknya dari puisi Indonesia ke dalam bahasa Arab.
Jika Anda berminat untuk memasang iklan, silakan hubungi kami melalui email: arabicpoetryclub@gmail.com
Lalu Lintas Blog
Jumat, 09 Oktober 2009
الغريق -- للشاعر الأندونيسي أمير حمزة
الغريق للشاعر الأندونيسي أمير حمزة
إني أرحلُ , يا عاشقتي يحملني التيّارُ بعيداً أفلتُ من يدكِ صحراءُ الصمتِ تحاصرني! تبتعد عنيّ أصواتُ العشق تسكت هذي الريح. لا ريح في الأفق تبرد قلبي، لا ماء يطفئ عطشي عطشي في حبك يا عاشقتي إني أتوق إلى همساتكِ سوف يقتلني صمتكِ يا عاشقتي والسموات كخيوط العنكبِ تمسكني وتغطيني إني أغرق
أغرق في الغسق مازال الماء إلى الأعماقِ يدفعني ترفضني الأرضُ فأنا الميت ، يا عاشقتي ، إني أنا الميت.
ترجمة : الدكتور محمد قصيبات
HANYUT AKU (Amir Hamzah)
Hanyut aku, kekasihku! Hanyut aku! ulurkan tanganmu, tolong aku. sunyinya sekelilingku ! tiada suara kasihan, tiada angin mendingin hati, tiada air menolak ngelak. Dahagakan kasihmu, hauskan bisikmu, mati aku sebabkan diammu. Langit menyerkap, air berlepas tangan, aku tenggelam
Tenggelam dalam malam, air di atas menindih keras bumi di bawah menolak ke atas mati aku, kekasihku, mati aku!
Akan kuceritakan padamu sebuah kisah.. Kisah yang berdenyut dalam impian banyak insan, Kisah yang mencuat dari tenda-tenda pengungsian yang dirajut dari kelaparan, dan dihiasi gelapnya awan di negeriku.
Negeriku adalah segelintir dari para pengungsi. Setiap dua puluh dari mereka hanya memiliki seonggok tepung, janji-janji manis, hadiah, dan bingkisan. Inilah kisah penderitaan sekelompok insan yang bertahan sepuluh tahun dalam kelaparan, tangisan dan rintihan, penderitaan dan harapan.
Inilah kisah bangsa yang disesatkan yang terlempar dalam labirin waktu menantang dan bertahan telanjang dan bersatu menyulutkan api revolusi di antara tenda pengungsian kembali di dunia kegelapan.
(1961)
Diterjemahkan oleh Asri Rahmati Swari (Indonesia) Tentang Penyair
Penyair yang memiliki nama lengkap Kamal Butrus Ibrahim Ya’kub Nasir ini lahir di Berzeit 10 April 1924. Setelah menempuh pendidikan di Berzeit School, ia lalu belajar di American University di Beirut dengan mengambil studi ilmu politik hingga lulus pada tahun 1945. Dalam karirnya, ia pernah bekerja sebagai seoarang wartawan. Kemudian pada tahun 1956 ia dipilih untuk mewakili Ramallah di Jordanian Parliament. Pada tahun 1967, ia dideportasi dari negaranya. Lalu menjadi anggota PLO Executive Committee pada tahun 1969. Dalam komite tersebut ia menjabat sebagai Direktur Departemen Informasi. Selain itu ia juga menjabat sebagai Kepala Editor dari majalah Falasteen Al-Thawrah. Ia meninggal dibunuh oleh Israel di Beirut pada tanggal 10 April 1973.
إذا حانت ساعتي لا أريد من أحد أن يرثيني وكذلك أنتِ لست في حاجة إلى ذلك الأنين أنا وحشٌ من بني الحيوان حيوان مطرود من قطيعه حتى ولو كانت الرصاصة مغروزة تحت جلدي ما زلت أهجم وأندفع أجري رغم الجراح والأشواك أجري حتى ذهب العذاب والألم ولا أبالي أتمنى لو أعيش ألف عام ٍ زيادة
Penerjemah: Misran (Indonesia) Korektor: Hadia El Ayoubi (Lebanon)
AKU (Chairil Anwar)
Kalau sampai waktuku ‘Ku mau tak seorang' kan merayu Tidak juga kau
Tak perlu sedu sedan itu
Aku ini binatang jalang Dari kumpulannya terbuang
Biar peluru menembus kulitku Aku tetap meradang menerjang
Luka dan bisa kubawa berlari Berlari Hingga hilang pedih peri
Malam bertanya siapa aku Aku rahasianya yang penuh gundah nan kelam Aku kebisuannya yang penuh pemberontakan Kuselimuti hakekat diriku dengan ketenangan Dan kusulut hatiku dengan keraguan Aku pun menetap di sini dengan kesuraman Aku menerawang sementara abad-abad bertanya padaku Siapa aku?
Angin bertanya siapa aku Aku ruhnya yang kebingungan diingkari zaman Aku seperti dia tak pernah diam Terus mengembara tak ada ujungnya Terus melangkah tak ada hentinya Tatkala kami sampai di tikungan Kami akan mengira itu akhir penderitaan Maka tak lain itu hanyalah sebuah kekosongan
Zaman bertanya siapa aku Aku seperti dia, raksasa yang memeluk abad-abad Dan kembali membangkitkannya Aku menciptakan masa lalu yang silam Dari pesona harapan yang menawan Dan kembali menguburkannya Agar dapat kujadikan tuk diriku hari kemarin yang baru Dengan hari esoknya yang beku
Aku bertanya siapa aku Aku seperti dia bingung menatap dalam kegelapan Tak ada sesuatupun yang memberiku ketenangan Aku terus bertanya dan jawabnya Senantiasa diselubungi oleh fatamorgana Aku terus mengira jawaban itu datang begitu dekat Tetapi ketika kuraih, ia telah lumat Hilang dan lenyap.
(1948)
Judul Asli : "Ana" Diterjemahkan oleh Achmad Atho'illah Fathoni (Indonesia)
كتلة من الحشيش -- للشاعر الراحل و.س. ريندر الإندونيسي
كتلة من الحشيش (للشاعر الراحل و.س. ريندرا)
أنتِ امرأة محبوبة قد أنساك لحظة, يا حبيبتي لأنّ كتلة من الحشيش تنمو بهدوء خبيث داخل قلبي المشؤوم وهي تزرع في قلبي جذورها الحالكة إنها كتلة داكنة ولطيفة وفاحشة من الحشيش
الكتلة الداكنة ترقص فتزهر خطيئة نعم, ما زلتِ أنتِ لها مالكة إلا أنها في الصدر نامية
Penerjemah: Achmad Atho'illah Fathoni (Indonesia) Korektor: Hadia El Ayoubi (Lebanon)
RUMPUN ALANG-ALANG (W.S. Rendra)
Engkaulah perempuan terkasih, yang sejenak kulupakan, sayang Kerna dalam sepi yang jahat tumbuh alang-alang di hatiku yang malang Di hatiku alang-alang menancapkan akar-akarnya yang gatal Serumpun alang-alang gelap, lembut dan nakal
Gelap dan bergoyang ia dan ia pun berbunga dosa Engkau tetap yang punya tapi alang-alang tumbuh di dada
Aku menangis hingga air mataku mengering aku berdoa hingga lilin-lilin padam aku bersujud hingga lantai retak aku bertanya tentang Muhammad dan Yesus
Yerusalem, O kota nabi-nabi yang bercahaya jalan pintas antara surga dan bumi! Yerusalem, kota seribu menara seorang gadis cilik yang cantik dengan jari-jari terbakar
Kota sang perawan, matamu terlihat murung. Oasis teduh yang dilewati sang Nabi, bebatuan jalananmu bersedih menara-menara masjid pun murung.
Kota yang dilaburi warna hitam, siapa yang akan membunyikan lonceng-lonceng makam suci pada hari Minggu pagi? siapa yang akan memberi mainan bagi anak-anak pada perayaan natal ?
Kota penuh duka, O, air mata yang sangat besar bergetar di kelopak matamu, siapa yang akan menyelamatkan Injil? siapa yang akan menyelamatkan Quran?
siapa yang akan menyelamatkan Kristus, siapa yang akan menyelamatkan manusia? Yerusalem, kotaku tercinta
esok pepohonan lemonmu akan berbunga batang dan cabangmu yang hijau tumbuh dengan gembira dan matamu berseri-seri. merpati-merpati yang bermigrasi akan kembali ke atap-atapmu yang suci dan anak-anak akan kembali bermain
orang tua dan anak-anak akan bertemu di jalananmu yang berkilauan kotaku, kota zaitun dan kedamaian.
Nizar Qabbani lahir di Damaskus, 21 Maret 1923. Ia pernah bekerja di Departemen Luar Negeri Suriah dan bertugas di Mesir dan Inggris. Namun, pada tahun 1944 ia tinggalkan pekerjaannya untuk mencurahkan perhatian pada satu-satunya hal yang ia cintai: puisi. Karya-karya Qabbani terdiri dari lusinan antologi puisi yang sangat populer di dunia Arab. Banyak puisinya yang dijadikan lirik lagu para penyanyi Arab kontemporer. Karena sikap politiknya, ia pernah dimusuhi oleh para pemimpin negara-negara Arab hingga terpaksa mengasingkan diri ke London, Inggris. Ia meninggal pada tahun 1998 di London.
Judul Asli : al-Quds Diterjemahkan oleh Izi Ibrahim (Indonesia)