Arabic Poetry Club (APC) ~ INDONESIA: September 2009

ARABIC POETRY CLUB ~ INDONESIA

Membangun Hubungan yang Mesra dan Dinamis Antar Dua Sastra Dunia

Selamat datang di Arabic Poetry Club (APC) ~ Indonesia :: APC~Indonesia menerima terjemahan puisi, baik puisi Indonesia ke dalam bahasa Arab, maupun puisi Arab ke dalam bahasa Indonesia. Silakan kirimkan ke e-mail kami: arabicpoetryclub@gmail.com. Terima kasih.

Tentang Kami
Kami adalah klub para pencinta puisi Arab di Indonesia.
Visi Kami
Visi kami adalah membangun sebuah hubungan yang mesra dan dinamis antar dua sastra dunia (Arab dan Indonesia) melalui penerjemahan karya-karya puisi dari keduanya.
Misi Kami
Misi kami adalah memperkenalkan khasanah puisi Arab di Indonesia dan juga sebaliknya puisi Indonesia di dunia Arab melalui penerjemahan dari puisi Arab ke dalam bahasa Indonesia dan begitu pula sebaliknya dari puisi Indonesia ke dalam bahasa Arab.
Kontak Kami
Email APC~Indonesia: arabicpoetryclub@gmail.com
Alamat Facebook Kami

APC~INDONESIA on Facebook

Alamat Group Kami
Tentang Puisi Arab
Biografi Para Penyair Arab
Puisi Arab Dalam Versi Bahasa Indonesia
Puisi Indonesia Dalam Versi Bahasa Arab
Download Gratis Antologi Puisi Arab
Audio Puisi Arab
Pasang Iklan
Jika Anda berminat untuk memasang iklan, silakan hubungi kami melalui email: arabicpoetryclub@gmail.com
Lalu Lintas Blog

Kamis, 17 September 2009
مطر شهر حزيران -- للشاعر الإندونيسي سافردي جوكو دامونو
مطر شهر حزيران
للشاعر الإندونيسي سافردي جوكو دامونو

ليس بهو أصرم
من مطر شهر حزيران
أسرّ أقطار شوقه
لتلك الشجرة المزهرة

ليس بهو أحكم
من مطر شهر حزيران
مسح أثار رجليه المتحيرة
في ذلك الشارع..

ليس بهو أوعى
من مطر شهر حزيران
ترك الذي لن يقول عنه
مشروبا بجذور تلك الشجرة المزهرة

ترجمة : أ.غ. شعبان

Diterjemahkan oleh Ahmad Ginanjar Sya'ban
(Indonesia)

Hujan Bulan Juni
(Sapardi Djoko Damono)

tak ada yang lebih tabah
dari hujan bulan Juni
dirahasiakannya rintik rindunya
kepada pohon berbunga itu

tak ada yang lebih bijak
dari hujan bulan Juni
dihapusnya jejak-jejak kakinya
yang ragu-ragu di jalan itu

tak ada yang lebih arif
dari hujan bulan Juni
dibiarkannya yang tak terucapkan
diserap akar pohon bunga itu
posted by APC~Indonesia @ 00.20   1 comments
Senin, 14 September 2009
Biografi Singkat Abbâs Mahmûd al-‘Aqqâd

Abbâs Mahmûd al-‘Aqqâd

‘Abbâs Mahmûd al-‘Aqqâd lahir di wilayah Aswan, Mesir pada tanggal 28 Juni 1889. Ia lahir dan besar di sebuah keluarga yang taat beragama. Sejak kecil, al-‘Aqqâd sudah belajar di madrasah untuk mendalami ilmu agama. Tampak dalam dirinya aura kecerdasan. Hal itu terlihat sejak kecil.
Kegemaran dan kepiawaian al-‘Aqqâd dalam bidang tulis-menulis, membuatnya dibanjiri pujian oleh guru-gurunya, seperti Muhammad ‘Abduh, Syekh Fakhruddîn Muhammad, Sa'd Zaglul, dan Abdullah Nâdim. Sementara di luar sekolah, ia juga belajar kepada Qadhi Ahmad Jadami, seorang ahli fikih sahabat Jamaluddîn al-Afganî.
Al-‘Aqqâd adalah seorang jurnalis, kritikus, dan sastrawan Mesir terkemuka. Konstribusi pemikirannya cukup berperan dalam pengembangan wacana keagamaan dan sosial. Bahkan dirinya juga termasuk salah seorang penyair ternama Mesir yang bersama Abdurrahmân Syukri dan Ibrâhîm Abd al-Qâdir al-Mâzinî membentuk group Diwan, yaitu kelompok pembaharu dalam sastra Arab di Mesir.
Karier al-‘Aqqâd sebagai jurnalis dimulai sejak ia berumur 16 tahun. Pada mulanya, cita-citanya ingin menjadi pegawai pemerintah, tetapi peraturan yang ada mensyaratkan bahwa calon pegawai harus berumur 18 tahun. Sehingga keinginannya belum dapat tercapai, sabab ia harus menunggu dua tahun lagi. Pada masa menunggu inilah, al-‘Aqqâd menerbitkan majalah mingguan Raj'u Sada, juga menjadi penulis pada majalah al-Jarîdah pimpinan Ahmad Luthfî al-Sayyid, dan majalah az-Zahir pimpinan Abu Syâdî, al-Mu'ayyad, dan al-Liwa'. Dalam bidang jurnalistik ini, ia mendapat bimbingan dari Muhammad Farîd Wajdî, seorang ulama dan penulis terkemuka di Mesir dan pernah bergabung dalam penerbitan surat kabar ad-Dustûr. Membaca adalah hobinya, sehingga membuat dirinya bekerja hanya untuk dapat membeli buku. Sebagai konsekuensinya, tulisan-tulisannya begitu tajam, kritis, dan cerdas.
Sebagai sastrawan, sumbangan al-‘Aqqâd terlihat pada tulisan-tulisannya, baik dalam bentuk puisi maupun prosa. Ciri khas puisinya terletak pada sisi kehalusan perasaan (kepekaan rasa) dan pikiran yang menjadi suatu paduan yang sangat serasi. Karya puisi-puisinya mengetengahkan pendapat-pendapat yang brilian. Menurutnya, puisi yang hanya memerhatikan bentuk teksnya saja tidak akan berbobot dan puisi tidak hanya cukup pada cerita atau puisi cerita. Akan tetapi, yang terpenting dalam puisi adalah maknanya.
Sebagai kritikus, al-‘Aqqâd telah memberikan kritik terhadap puisi dan prosa yang ada sambil mengemukakan pendapat untuk memperbaruinya. Susunan bahasa puisi dan prosa yang penuh hiasan tak berisi diarahkannya kepada susunan kata yang penuh arti dan padat isi. Hal tersebut dapat digali dari keindahan lingkungan dan kekayaan budaya Mesir. Sebab, hal itu dapat menjadi bahan imajinasi dan bahan gubahan. Pikiran-pikiranya dalam bentuk puisi dipublikasikan di majalah yang telah disebutkan di atas sejak sebelum Perang Dunia I.
Al-‘Aqqâd berpendapat bahwa seorang penulis sejati adalah pemikiran orisinil dari pikiran dan metodenya sendiri tanpa mencontoh sedikit pun karya-karya sebelumnya. Oleh karena itu, ia mengkritik penulis-penulis seperti Ahmad Syauqî dan Thâhâ Husein yang dianggapnya hanya mampu berpikir dengan metode orang lain dan sedikit sekali pemikiran orisinil yang dihasilkannya.
Adapun karya-karya al-‘Aqqâd di antaranya sebagai berikut.
1. مراجعات في الأدب والفنون (1925)
2. ديوان العقاد (1928)
3. بين الكتب والنار (1952)
4. العبقريات (1959) dalam bentuk buku berseri.
5. سارة dalam bentuk novel.
6. القرن العشرين ما كان وما سيكون؟ (1959)
7. الديمقراطية في الإسلام yang diterbitkan Dâr al-Ma’ârif.
8. الديوان: في الأدب والنقد yang diterbitkan Dâr al-Sya’b.
9. اللغة الشاعرة yang diterbitkan Dâr Nahdha Misr.
10. شاعر اندلسي وجائزة عالمية yang diterbitkan Maktabah al-Anjilû al-Mishriyyah.
11. ديوان ما بعد البعد yang diterbitkan Dâr al-Ma’ârif.
Selain beberapa karya al-‘Aqqâd di atas, karyanya yang berjudul Mausu'ah 'Abbas Mahmud al-'Aqqad [Ensiklopedi ’Abbâs Mahmûd al-’Aqqâd] (1970) yang terdiri dari 5 jilid juga diterbitkan oleh Dâr al-Kitab al-’Arabî di Beirut. Buku tersebut adalah kumpulan tulisan. Dalam karya-karya itulah al-‘Aqqâd mempublikasikan beberapa pemikiran yang dianggap orisinil tentang berbagai segi kehidupan umat Islam. Pemikiran yang berupa obsesi untuk membawa umat Islam kepada kemajuan.
Karya sastra al-‘Aqqâd pertama kali diterbitkan pada tahun 1916 berupa antologi puisi. Setelah itu menyusul beberapa buku antologi puisi yang lainnya seperti: هداية الكروان, أعاصير المغرب،, حي الأربعين،, dan عابر سبيل.
‘Abbâs Mahmûd al-‘Aqqâd meninggal di Kairo 12 Maret 1964.


Sumber: Achmad Atho’illah Fathoni, Leksikon Sastrawan Arab Modern: Biografi dan Karyanya, Yogyakarta: Datamedia, 2007, hal. 1-2.

Label: , , ,

posted by APC~Indonesia @ 09.44   0 comments
Sabtu, 12 September 2009
Kartu Identitas [Mahmud Darwisy]

Kartu Identitas

(Mahmud Darwisy)

Catat !

Aku orang Arab

Dan nomor kartu identitasku lima puluh ribu

Aku punya delapan anak

Dan yang kesembilan, akan datang setelah musim panas!

Apakah engkau marah?

Catat!

Aku orang Arab

Aku bekerja di tambang dengan kawan-kawan pekerja

Aku punya delapan anak

Ku dapatkan untuk mereka sekerat roti,

pakaian dan juga buku,

dari batu ...

Aku tak kan meminta sedekah dari pintu-pintumu

Aku pun tak mengecilkan diriku,

di lantai pinjakan tangga rumahmu.

Jadi akankah engkau marah?

Catat!

Aku orang Arab

Aku punya nama tanpa gelar

yang begitu sabar di sebuah negara

di mana orang-orangnya mudah tersulut marah

akar-akarku

menancap kuat sebelum waktu terlahir,

sebelum zaman terbuka,

sebelum pinus dan zaitun,

Dan sebelum rerumputan tumbuh.

Ayahku ..

berasal dari kaum buruh tani

bukan dari kaum berkelas

Dan kakekku adalah seorang petani ..

Tak berpendidikan, dan tak pula berdarah biru!

Ia mengajariku tentang kebesaran matahari

sebelum mengajariku bagaimana membaca.

Dan rumahku seperti gubuk seorang penjaga

yang terbuat dari batang dan rotan

Apakah engkau puas dengan statusku?

Aku punya nama tanpa gelar!

Catat!

Aku orang Arab

Warna rambutku hitam pekat,

warna mataku kecokelatan,

dan ciri-ciriku:

pada bagian kepalaku ada ikatan di atas kopiah

dan di telapak tanganku keras seperti batu

dan jika diraba kan terasa kasar

Alamatku:

Aku dari desa Azla yang terlupakan

Jalan-jalannya tak bernama

dan seluruh penduduknya di ladang dan tempat penambangan batu

Akankah engkau marah?

Catat!

Aku orang Arab

Engkau curi buah-buah anggur milik nenek moyangku

Dan juga tanah yang dulu kugarap

dengan anak-anakku

Dan engkau tak meninggalkan untuk kami dan juga untuk semua cucu-cucuku

Kecuali hanya bebatuan-bebatuan itu ..

Maka apakah negara kalian kan membawanya juga...

Seperti yang telah dikatakan?

Oleh karena itu!

Catat!... di bagian atas halaman pertama:

Aku tak membenci orang-orang

Dan tak pula mengganggu seorang pun

Tapi... jika aku lapar

Aku kan makan daging para perampas

Hati-hati.. hati-hati...

dari kelaparanku

dan juga kemarahanku!!

(Diterjemahkan dari judul aslinya: Bithaqah Hawiyyah, oleh Achmad Atho'illah Fathoni)
posted by APC~Indonesia @ 23.38   0 comments
AKU BERSAMA TERORISME [Nizar Qabbani]

AKU BERSAMA TERORISME

(Nizar Qabbani)

Tertuduh kami sebagai teroris

ketika kami menjaga mawar.., puan...,

kasidah suci..,

angkasa biru...

atau membela tanah air

yang tak lagi menyisakan air...

dan udara di segala sudutnya.

Tanah air yang

tak pula menyisakan kemah.., unta...,

atau kopi hitam.

Tertuduh kami sebagai teroris

ketika kami membela puisi Balqis,

lidah-lidah Maysun, Hindun, Da’d,

Lubna, dan Rabab dengan gigih berani...

Atau ketika kami membela hujan air mata

yang deras berderai

bagai wahyu dari kelopak mata!!

Di kantongku, engkau tak kan pernah dapati

kasidah tersembunyi,

bahasa misteri,

atau kitab-kitab rahasia yang ku rantai

pada pintu-pintu.

Hingga kini,

aku tak lagi memiliki

sebait puisi pun

yang berkeliaran di jalanan..

dengan mengenakan hijab.

Tertuduh kami sebagai teroris

ketika kami menulis

tentang puing-puing tanah air

yang telanjang, terluka, dan terkoyak,

dengan bangkai-bangkai tubuhnya

yang bergelimpangan.

Atau menulis

tentang tanah air yang mencari jati dirinya,

tentang masyarakat tanpa nama,

tentang tanah air yang tak lagi menyisakan

peninggalan puisi-puisi agungnya

kecuali puisi-puisi Khansa’,

tentang tanah air yang tak lagi menyisakan

warna-warna kebebasan

merah, biru, atau kuning...

di cakrawalanya,

tentang tanah air yang melarang kami

membeli koran

atau menyimak warta...,

tentang tanah air yang melarang burung-burungnya

bernyanyi dan berkicau,

tentang tanah air yang para penulisnya

sudah terbiasa menggoreskan tintanya..

dengan bayang-bayang rasa takut!!

tentang tanah air yang puisinya

menyerupai ungkapan-ungkapan tak berguna,

penuh improvisasi,

hasil impor,

berwajah bule dan bermulut asing

tanpa awal dan akhir

dan tak lagi bersahabat dengan manusia, bumi,

atau bahkan dengan kepedihan jiwa!!

Atau menuliskan tentang tanah air

yang berjalan ke meja-meja perundingan

tanpa harga diri dan tanpa keberanian!!,

tentang tanah air

yang penduduknya menjaga diri karena takut

dan hanya menyisakan kaum wanita!!

Apakah air mata di mata kami,

air liur di mulut kami, dan

air tinta dalam ungkapan-ungkapan kami

sebagai warisan Bani Qahthan

telah kering??

Bangsa kami sudah tak lagi memiliki Mu’awiyah

dan tak lagi memiliki Abu Sofyan.

Tak ada lagi orang yang berani berkata, “TIDAK”

di hadapan orang yang menginjak-injak

rumah kami.. roti kami.. dan minyak kami.

Mereka lah yang mengubah sejarah kejayaan kami

menjadi kedai.!!

Kini, tak ada satu puisi pun dalam kehidupan kami

yang tak kehilangan kesuciannya

di pembaringan Sultan!!

Kami sudah terbiasa dengan kehinaan.

Lalu apa yang ada dalam diri manusia

ketika ia sudah terbiasa dengan kehinaan??

Ku telusuri dalam lembaran-lembaran sejarah

tentang Usamah bin Munqidz,

Uqbah bin Nafi’,

Umar, Hamzah,

atau tentang Khalid yang menyerbu Syam.

Ku telusuri Mu’tashim Billah

yang telah menyelamatkan kaum wanita

dari ganasnya kejahatan,

dan api kebengisan.

Lalu ku cari orang-orang di masa kini,

tapi malam itu hanya ku temui

kucing-kucing mengeong

takut kehilangan nyawanya

dari cengkeraman tikus-tikus itu.

Apakah kebutaan patriotisme telah menyerang kami??

Ataukah kami mengadu karena buta warna??

Tertuduh kami sebagai teroris

ketika kami bela nyawa kami

dari kerakusan Israel ...

yang mengeruk tanah kami,

mengoyak sejarah kami,

mencabik Injil kami,

menginjak-injak Quran kami,

dan mencaplok tanah nabi-nabi kami.

Jika ini yang disebut dosa kami,

maka alangkah indahnya terorisme.!!

Tertuduh kami sebagai teroris,

ketika kami melawan pembantaian

oleh tangan-tangan Mongolia.. Yahudi.. dan Barbar,

ketika kami melempar batu..

ke kaca-kaca dewan keamanan

yang dikuasai oleh kaisar segala kekaisaran!!

Tertuduh kami sebagai teroris,

ketika kami menolak berunding dengan serigala

dan enggan mengulurkan tangan kepada

Amerika,

yang menjadi musuh segala kebudayaan manusia,

lagi tak berkebudayaan,

dan yang menjadi musuh segala peradaban,

lagi tak berperadaban.

Amerika..

hanyalah bangunan besar

yang tak berdinding!!

Tertuduh kami sebagai teroris,

ketika kami menolak zaman

di mana Amerika yang arogan, kaya, dan adidaya

telah menjadi sekutu penerjemah resmi

bahasa Ibrani!!

Tertuduh kami sebagai teroris,

ketika kami menabur bunga

untuk al-Quds,

untuk Khalil..

atau untuk Gazza dan Nashirah.

Tertuduh kami sebagai teroris,

ketika kami membawa roti dan air

untuk Tharawida yang diblokade

Tertuduh kami sebagai teroris,

ketika kami menyeru

untuk melawan para pemimpin-pemimpin kami

dan semua orang yang telah mengubah sinar pelita

dan mengganti jiwa-jiwa patriot

menjadi para makelar!

Tertuduh kami sebagai teroris,

ketika kami tekuni profesi kebudayaan,

ketika kami baca buku-buku fikih dan politik,

ketika kami berzikir menyebut Tuhan kami,

ketika kami lantunkan Surah al-Fath,

atau ketika kami khusu’ mendengarkan khotbah Jumat.

Kami telah hanyut bersama terorisme!!

Tertuduh kami sebagai teroris,

ketika kami membela bumi ini

membela kehormatan tanah ini,

menentang keras perampasan bangsa dan jiwa kami,

melindungi kurma terakhir di gurun kami,

bintang terakhir di langit kami,

huruf-huruf terakhir dari nama-nama kami,

dan tetesan terakhir dari air susu ibu-ibu kami.

Jika ini yang disebut dosa kami

maka alangkah indahnya terorisme!!

Aku kan selalu bersama teroris..,

jika ia sanggup melindungiku

dari imigran-imigran Rusia

Rumania, Hongaria, dan Polandia

yang melangkah ke Palestina menginjakkan kakinya di atas pundak-pundak kami,

mencuri menara-menara al-Quds,

pintu-pintu Masjidil Aqsa,

ukiran-ukiran peribadatan,

dan kubah-kubah itu..!!

Aku kan selalu bersama teroris..,

jika ia sanggup membebaskan al-Masih,

Maryam yang suci,

dan kota yang disucikan

dari agen-agen kematian dan kehancuran itu..!!

Kemarin..

Jalan-jalan nasional di negeri kami

meringkik bagai ringkikan kuda.

Sementara hamparan tanah lapang

adalah sungai segar yang mengalirkan harga diri.

Dan setelah Oslo

tak ada lagi gigi di mulut kami.

Apakah kami telah berubah menjadi bangsa

yang terlahir dari kebutaan dan ketulian??

Aku kan selalu bersama teroris

jika ia mampu membebaskan bangsa ini

dari kekejaman dan kebengisan penguasa,

serta menyelamatkan manusia dari keberingasan manusia.

Aku kan selalu bersama teroris,

jika ia mampu melepaskan aku..

dari cengkeraman Yahudi

atau kekaisaran Romawi.

Aku kan selalu bersama teroris,

selama dunia baru ini

adalah bagi hasil

antara Amerika dan Israel!!

Aku kan selalu bersama teroris

dengan segenap apa yang kumiliki..

dari puisi, prosa,

hingga taring-taring berbisa

selama dunia baru ini

masih berada di tangan para pemangsa!!

Aku kan selalu bersama teroris,

selama dunia baru ini

memandang kami

sebagai kelompok serigala!!

Aku kan selalu bersama teroris,

selama senat di Amerika

masih menjadi tangan besi

yang menentukan pahala dan dosa.

Aku kan selalu bersama teroris,

selama dunia baru ini

di benaknya memendam benci

pada hembusan angin Badui.

Aku kan selalu bersama teroris

selama dunia baru ini

ingin menyembelih anak-anakku

dan melempar mereka untuk santapan anjing..!!

Karena itu lah...

kuteriakkan suaraku dengan lantang:

Aku bersama terorisme!!

Aku bersama terorisme!!

Aku bersama terorisme!!

(Diterjemahkan dari judul aslinya: Anâ ma’a l-Irhâb, oleh Achmad Atho'illah Fathoni)
posted by APC~Indonesia @ 23.00   1 comments
APC~INDONESIA

APC~Indonesia

See my complete profile
Ngobrol Bareng


ShoutMix chat widget

Tulisan Terbaru
Arsip Kami
Situs Para Penyair Arab
Links APC~Indonesia
Belajar Bahasa Arab
Buku Yang Direkomendasikan

Tambahkan

Blogger Templates