Arabic Poetry Club (APC) ~ INDONESIA: AKU BERSAMA TERORISME [Nizar Qabbani]

ARABIC POETRY CLUB ~ INDONESIA

Membangun Hubungan yang Mesra dan Dinamis Antar Dua Sastra Dunia

Selamat datang di Arabic Poetry Club (APC) ~ Indonesia :: APC~Indonesia menerima terjemahan puisi, baik puisi Indonesia ke dalam bahasa Arab, maupun puisi Arab ke dalam bahasa Indonesia. Silakan kirimkan ke e-mail kami: arabicpoetryclub@gmail.com. Terima kasih.

Tentang Kami
Kami adalah klub para pencinta puisi Arab di Indonesia.
Visi Kami
Visi kami adalah membangun sebuah hubungan yang mesra dan dinamis antar dua sastra dunia (Arab dan Indonesia) melalui penerjemahan karya-karya puisi dari keduanya.
Misi Kami
Misi kami adalah memperkenalkan khasanah puisi Arab di Indonesia dan juga sebaliknya puisi Indonesia di dunia Arab melalui penerjemahan dari puisi Arab ke dalam bahasa Indonesia dan begitu pula sebaliknya dari puisi Indonesia ke dalam bahasa Arab.
Kontak Kami
Email APC~Indonesia: arabicpoetryclub@gmail.com
Alamat Facebook Kami

APC~INDONESIA on Facebook

Alamat Group Kami
Tentang Puisi Arab
Biografi Para Penyair Arab
Puisi Arab Dalam Versi Bahasa Indonesia
Puisi Indonesia Dalam Versi Bahasa Arab
Download Gratis Antologi Puisi Arab
Audio Puisi Arab
Pasang Iklan
Jika Anda berminat untuk memasang iklan, silakan hubungi kami melalui email: arabicpoetryclub@gmail.com
Lalu Lintas Blog

Sabtu, 12 September 2009
AKU BERSAMA TERORISME [Nizar Qabbani]

AKU BERSAMA TERORISME

(Nizar Qabbani)

Tertuduh kami sebagai teroris

ketika kami menjaga mawar.., puan...,

kasidah suci..,

angkasa biru...

atau membela tanah air

yang tak lagi menyisakan air...

dan udara di segala sudutnya.

Tanah air yang

tak pula menyisakan kemah.., unta...,

atau kopi hitam.

Tertuduh kami sebagai teroris

ketika kami membela puisi Balqis,

lidah-lidah Maysun, Hindun, Da’d,

Lubna, dan Rabab dengan gigih berani...

Atau ketika kami membela hujan air mata

yang deras berderai

bagai wahyu dari kelopak mata!!

Di kantongku, engkau tak kan pernah dapati

kasidah tersembunyi,

bahasa misteri,

atau kitab-kitab rahasia yang ku rantai

pada pintu-pintu.

Hingga kini,

aku tak lagi memiliki

sebait puisi pun

yang berkeliaran di jalanan..

dengan mengenakan hijab.

Tertuduh kami sebagai teroris

ketika kami menulis

tentang puing-puing tanah air

yang telanjang, terluka, dan terkoyak,

dengan bangkai-bangkai tubuhnya

yang bergelimpangan.

Atau menulis

tentang tanah air yang mencari jati dirinya,

tentang masyarakat tanpa nama,

tentang tanah air yang tak lagi menyisakan

peninggalan puisi-puisi agungnya

kecuali puisi-puisi Khansa’,

tentang tanah air yang tak lagi menyisakan

warna-warna kebebasan

merah, biru, atau kuning...

di cakrawalanya,

tentang tanah air yang melarang kami

membeli koran

atau menyimak warta...,

tentang tanah air yang melarang burung-burungnya

bernyanyi dan berkicau,

tentang tanah air yang para penulisnya

sudah terbiasa menggoreskan tintanya..

dengan bayang-bayang rasa takut!!

tentang tanah air yang puisinya

menyerupai ungkapan-ungkapan tak berguna,

penuh improvisasi,

hasil impor,

berwajah bule dan bermulut asing

tanpa awal dan akhir

dan tak lagi bersahabat dengan manusia, bumi,

atau bahkan dengan kepedihan jiwa!!

Atau menuliskan tentang tanah air

yang berjalan ke meja-meja perundingan

tanpa harga diri dan tanpa keberanian!!,

tentang tanah air

yang penduduknya menjaga diri karena takut

dan hanya menyisakan kaum wanita!!

Apakah air mata di mata kami,

air liur di mulut kami, dan

air tinta dalam ungkapan-ungkapan kami

sebagai warisan Bani Qahthan

telah kering??

Bangsa kami sudah tak lagi memiliki Mu’awiyah

dan tak lagi memiliki Abu Sofyan.

Tak ada lagi orang yang berani berkata, “TIDAK”

di hadapan orang yang menginjak-injak

rumah kami.. roti kami.. dan minyak kami.

Mereka lah yang mengubah sejarah kejayaan kami

menjadi kedai.!!

Kini, tak ada satu puisi pun dalam kehidupan kami

yang tak kehilangan kesuciannya

di pembaringan Sultan!!

Kami sudah terbiasa dengan kehinaan.

Lalu apa yang ada dalam diri manusia

ketika ia sudah terbiasa dengan kehinaan??

Ku telusuri dalam lembaran-lembaran sejarah

tentang Usamah bin Munqidz,

Uqbah bin Nafi’,

Umar, Hamzah,

atau tentang Khalid yang menyerbu Syam.

Ku telusuri Mu’tashim Billah

yang telah menyelamatkan kaum wanita

dari ganasnya kejahatan,

dan api kebengisan.

Lalu ku cari orang-orang di masa kini,

tapi malam itu hanya ku temui

kucing-kucing mengeong

takut kehilangan nyawanya

dari cengkeraman tikus-tikus itu.

Apakah kebutaan patriotisme telah menyerang kami??

Ataukah kami mengadu karena buta warna??

Tertuduh kami sebagai teroris

ketika kami bela nyawa kami

dari kerakusan Israel ...

yang mengeruk tanah kami,

mengoyak sejarah kami,

mencabik Injil kami,

menginjak-injak Quran kami,

dan mencaplok tanah nabi-nabi kami.

Jika ini yang disebut dosa kami,

maka alangkah indahnya terorisme.!!

Tertuduh kami sebagai teroris,

ketika kami melawan pembantaian

oleh tangan-tangan Mongolia.. Yahudi.. dan Barbar,

ketika kami melempar batu..

ke kaca-kaca dewan keamanan

yang dikuasai oleh kaisar segala kekaisaran!!

Tertuduh kami sebagai teroris,

ketika kami menolak berunding dengan serigala

dan enggan mengulurkan tangan kepada

Amerika,

yang menjadi musuh segala kebudayaan manusia,

lagi tak berkebudayaan,

dan yang menjadi musuh segala peradaban,

lagi tak berperadaban.

Amerika..

hanyalah bangunan besar

yang tak berdinding!!

Tertuduh kami sebagai teroris,

ketika kami menolak zaman

di mana Amerika yang arogan, kaya, dan adidaya

telah menjadi sekutu penerjemah resmi

bahasa Ibrani!!

Tertuduh kami sebagai teroris,

ketika kami menabur bunga

untuk al-Quds,

untuk Khalil..

atau untuk Gazza dan Nashirah.

Tertuduh kami sebagai teroris,

ketika kami membawa roti dan air

untuk Tharawida yang diblokade

Tertuduh kami sebagai teroris,

ketika kami menyeru

untuk melawan para pemimpin-pemimpin kami

dan semua orang yang telah mengubah sinar pelita

dan mengganti jiwa-jiwa patriot

menjadi para makelar!

Tertuduh kami sebagai teroris,

ketika kami tekuni profesi kebudayaan,

ketika kami baca buku-buku fikih dan politik,

ketika kami berzikir menyebut Tuhan kami,

ketika kami lantunkan Surah al-Fath,

atau ketika kami khusu’ mendengarkan khotbah Jumat.

Kami telah hanyut bersama terorisme!!

Tertuduh kami sebagai teroris,

ketika kami membela bumi ini

membela kehormatan tanah ini,

menentang keras perampasan bangsa dan jiwa kami,

melindungi kurma terakhir di gurun kami,

bintang terakhir di langit kami,

huruf-huruf terakhir dari nama-nama kami,

dan tetesan terakhir dari air susu ibu-ibu kami.

Jika ini yang disebut dosa kami

maka alangkah indahnya terorisme!!

Aku kan selalu bersama teroris..,

jika ia sanggup melindungiku

dari imigran-imigran Rusia

Rumania, Hongaria, dan Polandia

yang melangkah ke Palestina menginjakkan kakinya di atas pundak-pundak kami,

mencuri menara-menara al-Quds,

pintu-pintu Masjidil Aqsa,

ukiran-ukiran peribadatan,

dan kubah-kubah itu..!!

Aku kan selalu bersama teroris..,

jika ia sanggup membebaskan al-Masih,

Maryam yang suci,

dan kota yang disucikan

dari agen-agen kematian dan kehancuran itu..!!

Kemarin..

Jalan-jalan nasional di negeri kami

meringkik bagai ringkikan kuda.

Sementara hamparan tanah lapang

adalah sungai segar yang mengalirkan harga diri.

Dan setelah Oslo

tak ada lagi gigi di mulut kami.

Apakah kami telah berubah menjadi bangsa

yang terlahir dari kebutaan dan ketulian??

Aku kan selalu bersama teroris

jika ia mampu membebaskan bangsa ini

dari kekejaman dan kebengisan penguasa,

serta menyelamatkan manusia dari keberingasan manusia.

Aku kan selalu bersama teroris,

jika ia mampu melepaskan aku..

dari cengkeraman Yahudi

atau kekaisaran Romawi.

Aku kan selalu bersama teroris,

selama dunia baru ini

adalah bagi hasil

antara Amerika dan Israel!!

Aku kan selalu bersama teroris

dengan segenap apa yang kumiliki..

dari puisi, prosa,

hingga taring-taring berbisa

selama dunia baru ini

masih berada di tangan para pemangsa!!

Aku kan selalu bersama teroris,

selama dunia baru ini

memandang kami

sebagai kelompok serigala!!

Aku kan selalu bersama teroris,

selama senat di Amerika

masih menjadi tangan besi

yang menentukan pahala dan dosa.

Aku kan selalu bersama teroris,

selama dunia baru ini

di benaknya memendam benci

pada hembusan angin Badui.

Aku kan selalu bersama teroris

selama dunia baru ini

ingin menyembelih anak-anakku

dan melempar mereka untuk santapan anjing..!!

Karena itu lah...

kuteriakkan suaraku dengan lantang:

Aku bersama terorisme!!

Aku bersama terorisme!!

Aku bersama terorisme!!

(Diterjemahkan dari judul aslinya: Anâ ma’a l-Irhâb, oleh Achmad Atho'illah Fathoni)
posted by APC~Indonesia @ 23.00  
1 Comments:
  • At 28 September 2009 pukul 16.09, Anonymous mahmud yunus said…

    Terorisme
    terorisme adalah radikalisme
    kemarahan,kebencian,dendam,prustasi dan harga diri yang menyatu
    Terorisme adalah seperti anak kecil yang direbut mainannya
    berontak, marah,menatap nanar kesekeliling penjuru yang tak tentu arah tak terkecuali pada anak yang lewat dan pengemis yang terseok-seok,padahal mereka tak tahu apa-apa.
    Terorisme adalah nafsu amarah sementara nafsu mutmainah tak juga diraih, karena tak tahu dimana asa berada
    Asa hanya ada pada Sang Maha tapi mengapa jihad dalam menghamba itu berbaur dengan amarah pada yang tidak berdosa, apakah jihad tak punya dosa,karena surga hanya fatamorgana

     

Posting Komentar

<< Halaman Depan
 
APC~INDONESIA

APC~Indonesia

See my complete profile
Ngobrol Bareng


ShoutMix chat widget

Tulisan Terbaru
Arsip Kami
Situs Para Penyair Arab
Links APC~Indonesia
Belajar Bahasa Arab
Buku Yang Direkomendasikan

Tambahkan

Blogger Templates